Dikisahkan..
“Sebutlah inisialnya K, pria 45 tahun mempunyai tetangga H, waita 43 tahun yang merupakan selingkuhannya. Antara K dan H memang sedang menjalin asmara. K seorang wartawan dan sudah mempunyai istri dan anak. Begitu H bersuami B yang bukan suami pilihan sendiri namun hasil dijodohkan ortunya. Dia dipaksa menikah dengan lelaki yang mengejar-ngejarnya di kala masih SMP dulu. Yang membuat H terhibur, suami bisa memanjakan segala kebutuhan duniawi. Rumah bagus mobil mewah, semua tersedia.
Merasa senasib sepenanggungan, K dan H menjadi satu jiwa. Apa lagi keduanya tinggal bertetangga di satu Kelurahan . K dan H juga sama menyadari bahwa semua ini sekadar iseng.
Untuk menikah misalnya, mereka masih berfikir dua kali. K tak bisa mengorbankan anak istrinya yang tidak berdosa. Begitu juga H tak bisa melepas kemewahan yang diterima selama ini. Kawin dengan K yang cuma wartawan, nggak usah lah. Dia hanya kaya dengan kata-kata, bukan harta. “Lagi pula aku takkan kenyang karena cinta,” begitu sikap H realistis. Baca lebih lanjut